Perubahan iklim atau climate change adalah salah satu hal yang menjadi ancaman masyarakat global saat ini. Adanya perubahan iklim dapat mempengaruhi berbagai tatanan kehidupan masyarakat termasuk masalah kesehatan, sehingga memerlukan tindakan cepat dan tepat untuk mengatasinya. Sebagai mahasiswa kesehatan masyarakat merupakan, sudah menjadi hal yang wajib untuk ikut serta dalam mencegah dan menanggulangi dampak akibat perubahan iklim yang terjadi.
Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Kesehatan Masyarakat melalui Divisi Keilmuan dan kaprof Airlangga Public Health Student Association (APHSA) menyelenggarakan seminar dengan tema “Navigasi Melalui Perubahan Iklim: Integrasi Mitigasi Proaktif dan Surveilans Adaptif dalam Meningkatkan Kesehatan Masyarakat” sebagai salah satu wujud kepedulian dan ikut serta dalam permasalahan perubahan iklim dan dampaknya terhadap lingkungan dan permasalahan kesehatan masyarakat yang terjadi. Seminar ini dilakukan pada hari Sabtu, 20 April 2024 dan bertempat di Aula Soemarto FKM Universitas Airlangga.
Salah satu pembicara dalam pelaksanaan seminar yang dilakukan adalah Cahya Yuliani, mahasiswa semester 2 Magister Epidemiologi Universitas Airlangga yang mengambil peminatan epidemiologi lapangan (Field Epidemiology Training Project) yang sekaligus merupakan seorang Epidemiolog Kesehatan di salah satu Dinas Kesehatan Provinsi. Sebagai mahasiswa magister epidemiologi, Cahya menyampaikan kepada sekitar 80 peserta seminar yang merupakan mahasiswa S-1 Kesehatan Masyarakat dan siswa SMA/sederajat tentang pentingnya peran surveilans dan epidemiologi dalam menghadapi perubahan iklim yang terjadi. Perubahan iklim memang tidak hanya mempengaruhi masalah kesehatan masyarakat di sisi perkembangan penyakit, namun pada penyampaian materi yang dilakukan Cahya lebih memfokuskan sharing yang dilakukan tentang pelaksanaan surveilans penyakit di era semakin parahnya perubahan iklim.
“Dalam epidemiologi dikenal istilah segitiga epidemiologi atau The Epidemiologic Triangle, ada host-agent-environment. Jika salah satu berubah, misalnya lingkungannya berubah maka menyebabkan interaksi di antara ketiganya tidak seimbang. Ketidakseimbangan itu yang menyebabkan risiko terjadinya masalah kesehatan muncul bahkan bisa saja meningkat seperti perkembangan penyakit”, jelas Cahya.
Potensi perubahan iklim dapat berdampak pada keseimbangan segitiga epidemiologi, sehingga mengakibatkan perubahan pada kejadian dan distribusi penyakit. Perubahan yang terjadi dapat berupa potensi peningkatan kejadian penyakit, laju kasus baru suatu penyakit, atau munculnya penyakit di suatu wilayah yang belum pernah terjadi sebelumnya (new emerging dan re-emerging disease). Perubahan epidemiologi penyakit terkait perubahan iklim berkaitan dengan perubahan ekosistem, kerentanan populasi dan peningkatan paparan terhadap agen penyebab penyakit. Bahkan berdasarkan data yang dilaporkan oleh World Health Organization (WHO), menyebutkan bahwa perubahan iklim diperkirakan akan menyebabkan sekitar 250.000 kematian tambahan per tahun akibat malnutrisi, malaria, diare, dan tekanan panas antara tahun 2030 dan 2050. Dampak perubahan iklim telah menambah beban pada sistem kesehatan, yang khususnya bermasalah bagi negara dan masyarakat dengan infrastruktur kesehatan yang lemah.
Saat terjadi perubahan pola penyakit maka kegiatan surveilans juga dituntut untuk dapat berubah, dalam artian sistem surveilans diharuskan untuk dapat menyesuaikan dengan kondisi yang terjadi serta menyesuaikan dengan bertambahnya data – data yang harus diamati, diolah, dan dianalisis dalam melakukan surveilans terhadap penyakit dan faktor risikonya. Sistem surveilans harus dapat adaptif terhadap perubahan yang terjadi sehingga dapat menghasilkan informasi epidemiologi yang sesuai dengan apa yang dibutuhkan saat ini. Adaptasi yang dilakukan dapat berbentuk teknologi, langkah aksi, maupun kebijakan. Adaptasi juga bersifat dinamis dari waktu ke waktu mengikuti perubahan dampak dari perubahan iklim yang terjadi.
Perlu diingat bahwa dalam mewujudkan surveilans yang daptif dalam menghadapi perubahan iklim, sektor kesehatan tidak bisa berjalan sendiri. Lintas program maupun lintas sektor harus bekerja sama dalam mengembangkan solusi realistis terhadap masalah perubahan iklim yang terjadi. Kebijakan mitigasi perubahan iklim membutuhan komitmen dari pemangku kebijakan dalam menyiapkan masyarakat yang adaptif alam menghadapi risiko perubahan iklim dan pemanasan global. Yang tak kalah penting adalah dengan memperkuat surveilans kesehatan masyarakat yang berjalan serta memaksimalkan pelayanan kesehatan dengan lebih baik.
Penulis: Cahya Yuliani