News – Sejak diketahui adanya kasus AFP pada bulan oktober tahun 2022 dengan hasil lab VDPV Tipe 2 dan VPV Tipe 3 di Kab. Pidie Aceh, Pemerintah Indonesia menetapkan sebagai KLB Polio. Pada hari Selasa 13 Desember 2022 perwakilan mahasiswa FETP UNAIR bersama perwakilan mahasiswa UGM, UI, UDAYANA & UNHAS didampingi mentor dari FETP Indonesia, CDC Indonesia & Kementerian Kesehatan RI turun serta dalam penanggulangan KLB Polio di Pidie Aceh dengan melakukan penguatan system surveilans. Salah satu penguatan system surveilans yang dilakukan yaitu turut serta dalam pelaksanaan HRR (Hospital Record Review) secara serentak di seluruh wilayah Provinsi Aceh. Penugasan tim mahasiswa untuk turun lapangan dibagi menjadi 2 tim kecil yaitu di Kota Lhokseumawe dan Kota Langsa. Mahasiswa FETP UNAIR Bersama mahasiswa FETP UGM & FETP Udayana menjadi satu tim yang turun di Kota Lhokseumawe untuk dapat berkontribusi dalam pelaksanaan HRR.
Pelaksanaan HRR bertujuan untuk menjaring adanya kasus AFP dan PD3I lainnya yang under reported dari pelaporan dengan cara menelaah/review catatan medik/register/SIMRS/Simpus di seluruh unit Rumah Sakit yg menerima pasien anak <15 th pada periode tertentu, sehingga dapat memastikan semua kasus AFP dan PD3I yang ditemukan telah dilaporkan dan ditindaklanjuti sebagaimana mestinya.
Farakhin selaku perwakilan mahasiswa FETP UNAIR mengaku sangat bersyukur dapat berkontribusi dan turut serta dalam pelaksanaan HRR di Provinsi Aceh tepatnya Kota Lhokseumawe. “Pembelajaran dan pengalaman yang sangat berarti bagi saya bisa menjadi perwakilan FETP UNAIR untuk dapat melakukan HRR di Kota LHokseumawe Aceh. Disini saya di bimbing langsung oleh mentor-mentor senior dan berpengalaman, tentunya juga bertemu rekan sejawat mahasiswa FETP lainnya. Melalui ini semangat epidemiologi saya semakin besar bahwa pentingnya peran epidemiolog di lapangan sangat krusial. Indonesia sangat perlu Epidemiolog yang dapat berkontribusi terhadap kesehatan masyarakat serta mampu memahami dan menyesuaian karakteristik yang berbeda sesuai wilayah, adat dan kebiasaan masing-masing masyarakat di Indonesi.” Tutur Farakhin.
Farakhin juga memaparkan bahwa penyakit polio atau poliomyelitis adalah penyakit inveksi yang disebabkan oleh virus polio dan termasuk dari penyakit yang dapat dicegah melalui imunisasi. Indonesia sendiri telah mendapatkan sertifikat bebas polio dari WHO pada Tahun 2014. Namun temuan satu kasus di Pidie Aceh ini seakan membuka kembali sejarah kelam di Indonesia atas penyakit yang menyebabkan kelumpuhan ini, setelah dalam delapan tahun dinyatakan telah Eradikasi Polio. Hal ini tentunya mengharuskan kita untuk lebih memperkuat sistem surveilans & meningkatakan kegiatan cakupan Imunisasi. Terutama pada riwayat kasus Polio di Pidie Aceh ini, pasien diketahui tidak mendapatkan semua jenis imunisasi. Hal ini termasuk mengkhawatirkan, mengingat cakupan IDL (Imunisasi Dasar Lengkap) di Aceh termasuk rendah. Sisi lintas program juga harus diperhatikan seperti halnya kesehatan lingkungan. Hal ini sangat berpengaruh dalam penyebaran virus polio yang melalui fecal oral.
Gambar 2. Mahasiswa FETP UNAIR Bersama Mahasiswa FETP UGM, UDAYANA dan Mentor Melakukan Penelusuran Kasus AFP di Salah Satu Rumah Sakit Kota Lhokseumawe
Penulis:
Noer Farakhin (NIM: 102114553022)
Editor:
Erni Astutik