INVESTIGASI KEJADIAN LUAR BIASA DIFTERI, MENJADI PENGALAMAN BERHARGA

Melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi, adalah mimpi saya sejak saya
menamatkan pendidikan saya di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Nusa Cendana (FKM
Undana), Kupang tahun 2005 yang lampau. Bersyukur puji Tuhan kurang lebih 17 tahun
kemudian, persisnya di tahun 2022, saya bisa di terima di Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Airlangga (FKM Unair) Surabaya Jurusan Epidemiologi Peminatan FETP atau yang
sering disebut Epid Lapangan.
Dalam kurikulum pendidikan di FETP, sesuai dengan namanya epid lapangan, maka
praktek lapangan menjadi sangat penting. Kami akan menjalani 5 kali praktek lapangan selama 3
semester. Salah satu praktek lapangannya adalah terkait Investigasi Kejadian Luar Biasa yang
sering di sebut Investigasi KLB. Kemampuan kami sebagai seorang Investigator benar – benar di
latih, bukan saja secara teori di ruang perkuliahan, tetapi langsung diterjunkan ke lapangan
menghadapi situasi lapangan. Ketika melakukan praktek lapangan kami akan di bimbing oleh
pembimbing akademik (dosen) dan juga pembimbing lapangan.
Ada hal menarik yang begitu luar biasa yang saya rasakan selama menjadi mahasiswi di
FKM Unair Jurusan Epidemiologi Minat Epid Lapangan. Kami benar – benar di dukung oleh para
dosen, Para dosen bahu membahu mendukung kami agar kami bisa menyelesaikan pendidikan
kami tepat waktu. Salah satu bentuk dukungan yang saya rasakan adalah kesempatan yang
diberikan kepada saya untuk terlibat dalam kegiatan Investigasi Kejadian Lusr Biasa (KLB) Difteri
di Kabupaten Garut Jawa Barat.
Jadi ceritanya beberapa waktu lalu, Pemerintah Daerah Kabupaten (Pemdakab) Garut
menetapkan kasus penyakit Difteri di Kabupaten Garut sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB). Hal
tersebut tercantum dalam Surat Keputusan Bupati (Kepbup) Garut nomor 100.3.3.2/KEP.91DINKES/2023,
tanggal 20 Februari 2023, tentang Penetapan KLB Penyakit Difteri.

Sebagai mahasiswi jurusan Epidemiologi minat Epid Lapangan, saya diberi kesempatan
selama kurang lebih 2 minggu yaitu tanggal 23 Februari 2023 s/d 8 Maret 2023 untuk terlibat
dalam kegiatan Investigasi Kejadian Luar Biasa (KLB) Difteri di Garut. Kegiatan Investigasi KLB
Difteri di Garut ini adalah kerjasama Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemkes RI),
Field Epidemiology Training Program (FETP) Indonesia, Centers for Disease Control (CDC)
Indonesia, Field Epidemiology Training Program Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Airlangga (FETP FKM Unair) dan Field Epidemiology Training Program Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia (FETP FKM UI).
Secara pribadi, sebagai anak daerah dari Indonesia Timur (NTT), ini adalah pengalaman
yang begitu luar biasa bagi saya, karena sama sekali belum pernah melakukan Investigasi KLB
Difteri. Dalam kegiatan Investigasi KLB ini, selain pengalaman lapangan tentunya ada hal lain
yang tidak ternilai yang saya dapatkan. Saya bisa menambah relasi dengan orang baru dengan
budaya baru yang berbeda dengan saya.
Ketika berbicara tentang Investigasi KLB, tentunya kita perlu mengetahui apa itu KLB,
apa itu Investigasi KLB dan untuk apa dilakukan Investigasi KLB?
Menurut Permenkes No 1501/Menkes/Per/X/2010, Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya
disingkat KLB adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan dan/atau kematian yang
bermakna secara epidemiologi pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu, dan merupakan
keadaan yang dapat menjurus pada terjadinya wabah. Untuk jenis penyakit yang berpotensi
menyebabkan Kejadian Luar Biasa (KLB) sudah disebutkan dalam Permenkes ini, dimana salah
satu penyakitnya adalah Difteri. Ketika terjadi KLB Difteri, salah satu langkah penting yang wajib
dilakukan adalah Investigasi KLB Difteri. Investigasi KLB atau sering di sebut juga dengan
Penyelidikan Epidemiologi adalah suatu kegiatan untuk memastikan adanya KLB/wabah,
mengetahui penyebab, mengetahui cara penyebaran, mengetahui faktor risiko dan untuk
mengidentifikasi cara penanggulangan penularan suatu penyakit agar penyakit tersebut tidak
meluas dan menimbulkan kematian yang lebih banyak.
Selama melakukan Investigasi KLB Difteri di Kabupaten Garut, saya dengan teman
sesama mahasiswa FETP dari FETP Universitas Indonesia dibimbing oleh drg Chatarina Yekti
Praptiningsih, M. Epid dan Bapak Bambang Wulyo Kartika sebagai pembimbing / mentor
lapangan kami. Ketika melakukan Investigasi KLB Difteri di Kabupaten Garut Jawa Barat, kami
melakukan koordinasi dengan banyak pihak antara lain Dinas Kesehatan Kabupaten Garut,
beberapa Puskesmas di Kabupaten Garut, Camat, Kepala Desa/Lurah, Babinsa,
Babhinkamtibmas, kader dan lain – lain.
Dalam melakukan Investigasi KLB Difteri dan Penanggulangan KLB Difteri, tidak bisa
dilakukan oleh satu pihak saja, tetapi butuh kerjasama lintas sektor dan terutama masyarakat yang
mengalaminya.

Gambar 1. Bersama Tim dan mentor lapangan melakukan Investigasi KLB Difteri

 

OLEH : YUMIATI KE LELE (NIM 294221001)

Leave a Reply